Semua Stakholder Harus Sinergi Turunkan Stunting

KUNINGANMEDIA | Kamis, 22 November 2018 23:30
Bagikan ke Facebook
KM
Dialog Interaktif membahas stunting di Kuningan Fm [Foto: ]

Stunting (pertumbuhan yang gagal pada anak balita) sedang menjadi tren topik di pemerintah dan menjadi isu utama di bidang kesehatan, dan pemerintah pun galau ketika sebuah organisasi internasional mensurvey jika Indonesia berada di urutan ke-64 dari 65 negara yang tingkat stuntingnya masih rawan.

“Semua steakholder harus bersinergi untuk menurunkan masalah stunting pada Balita Indonesia. Masalah kurang gizi dan keterlambatan pertumbuhan hingga menyebabkan kekerdilan fisik (stunting) pada anak balita merupakan masalah yang serius. Sebab anak-anak Indonesia adalah pewaris masa depan bangsa. Apa jadinya negara ini jika saat ini masih banyak anak-anak yang mengalami stunting yang berdampak pada kecerdasan anak,” papar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Rosarita Niken Widiastuti, dalam acara Forum Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat Dalam Rangka Penurunan Prevalansi Stunting, Kamis (22/11), di Grand Purnama Hotel Kuningan.
Stunting sendiri, menurut salah seorang nara sumber dari Dinas Kesehatan Kuningan, Anas, bukan dari faktor keturunan, melainkan dari faktor asupan gizi yang kurang sejak masa kehamilan hingga usia seribu hari masa perkembangan balita. Dari faktor kekurangan gizi kronis tersebut menyebabkan anak terlalu pendek pada usianya.
“Dari masa kehamilan hingga anak itu lahir asupan gizinya yaitu ASI, MP ASI (makanan pendamping) ASI plus imunisasi harus terpenuhi. Jangan takut menyusui, apalagi sampai tidak memberikan ASI pertama yang mengandung colostrum dan ASI eksklusif. Ini gizinya begitu tinggi, dan setelah lahir jangan lupa maksimalkan imunisasi bagi balitanya,” papar Anas dihadapan sekitar 70 peserta.
Tidak sekedar faktor tersebut, kesehatan lingkungan pun sangat mendukung terhadap usia balita yang sedang berkembang. Sanitasi adalah salah satu faktor yang begitu kental dengan aktifitas sehari-hari di keluarga. Yaitu kebutuhan air bersih, jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah melakukan kegiatan apapun.
Semua hal tersebut butuh sinergitas dari semua pihak, sanitasi bisa melibatkan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Dinas Lingkungan Hidup dan didukung penuh oleh pihak kecamatan dan desa (kader kesehatan, Tim PKK, LPMD, Penyuluh KB dan masyarakat). Jika semua mendukung untuk mencegah stunting, diharapkan pada 2030, Indonesia berada pada zero stunting.
Untuk Kuningan sendiri, program bantuan stunting telah diluncurkan di tahun 2018 untuk 10 desa, diantaranya Desa Sagaranten, Citundun, Pakembangan, Kadurama, Ciputat, Sukaraja, Cikeusik, Cisantana, Ciasih dan Bunigeulis. nung

Kirim Komentar

Nama
Alamat email
Alamat Web
Komentar
Tulis Kode: