DI Kabupaten Kuningan, Bakul atau dalam bahasa Sunda disebut Boboko termasuk salah satu hasil kerajinan tradisional perabot rumah tangga khas Desa Bagawat, Kecamatan Selajambe. Sudah sejak puluhan tahun lalu, masyarakat di desa wilayah selatan Kabupaten Kuningan itu mengandalkan mata pencaharian membuat bakul.
Dulu sebelum banyak bermunculan produk sejenis yang terbuat dari bahan plastik serta teknologi modern, membuat boboko menjadi andalan sumber penghasilan bagi banyak warga di desa itu. Namun kini hanya sebagai usaha sampingan, karena banyak konsumen yang beralih menggunakan perabot rumah tangga sejenis yang terbuat dari bahan plastik dan menggunakan teknologi modern berbasis listrik.
Meski begitu, tidak membuat patah semangat bagi para pengrajin. Di tengah gencarnya produk modern ternyata mereka masih mampu bertahan memproduksi boboko, meski jumlahnya menurun dibanding puluhan tahun yang lalu.
Salah satu diantaranya Abah Dona (75), ia masih bertahan membuat boboko untuk menambah penghasilan disamping mengolah lahan pertanian. Selain membuat sendiri, ia juga menampung produk dari pengrajin lainnya di desa itu.
“Ieu mah mung saukur sampingan, biasana dilakanon saatosna wangsul ti sawah (Ini hanya sampingan, biasanya dilakukan setelah pulang dari sawah),” tutur Abah Dona.
Setiap hari ia berhasil menampung 800 kodi boboko atau ceceting, dengan harga Rp.120.000 untuk setiap kodi, dengan onset Rp.80 juta per bulan, untuk memenuhi permintaan pasar di Kabupaten Kuningan, Kabupaten CIamis Bahkan dikirim hingga ke daerah Bogor. (Linda)*
.