SINDANGAGUNG, (KM): Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kuningan, kembali menggelar acara Sapton, di lapang Desa Kertawangunan, Kecamatan Sindangagung, Selasa (2/9).
Ribuan warga antussias menyaksikan adu ketangkasan menunggang kuda yang sudah menjadi tradisi tahunan dalam rangkaian acara memperingati hari jadi Kuningan itu.Acara diawali dengan prosesi atau upacara seba yang menggambarkan keadaan masa kerajaan.
Sejak pagi, sejumlah peserta sudah mempersiapkan unjuk kebolehan untuk mengikuti adu ketangkasan menunggang kuda, dengan mengenakan kostum mirip pada jaman kerajaan. Misalnya patih, adipati dan tumenggung memakai bendo, baju taqwa dain kain lancar.
Sementara, demang mengenakan pakaian yang lebih sederhana seperti kain dodot, celana pangsi, sandal karet (sendal bandol) yang talinya sampai lutut. Begitu pula para menak, pamager sari mengenakan pakaian yang sama seperti dipakai adipati dan tumenggung. Ada pula mengenakan pakaian kebaya.
Adipati, tumenggung dan demang menunggangi kuda diikuti oleh para prajurit atau ponggawa yang mengenakan pakaian sampur, rompi, calana kain dodot, sendal serta membawa tumbak, tameng dan keris, kujang, pedang, gondewa dan umbul-umbul.
Kepala Disparbud Kabupaten Kuningan Teddy Suminar menyatakan,, Sapton berasal dari kata Saptu (Sabtu) yakni acara rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan seba raga (sidang) yang diadakan di sekitar Istana Karajaan Kajene (Kuningan) tempo dulu.
"Sapton sebenarnya memiliki makna yang dalam seperti heroisme, katangkasan berkuda ini dulunya dalam rangka bela nagara serta simbol kekompakan pemerintah dengan rakyat.. (Zoen)**