Makna Dalam Pergelaran Babarit

Zoen Mahardika | Ahad, 31 Agustus 2014 20:12
Bagikan ke Facebook
KM
[Foto: ]
BABARIT sebenarnya adalah pesta rakyat, yakni salah satu tradisi yang kini  masih keneh hidup di lingkungan masyarakat desa khususnya di wilayah Kabupaten Kuningan. Mengapa dikatakan babarit? Tradisi ini mengandung makna dan tujuan untuk membubarkan Ririwit (Sunda) yakni berbagai persoalan negatif yang menimpa pada diri manusia. 
 
Oleh sebab itu, dalam pergelaran Babarit selain menampilkan hiburan  Nu matak dina hiburan, juga mengadakan semacam ritual yang diawali dengan membakar kemenyan, menaburkan air ke tiap penjuru untuk mengusir roh jahat yang menggoda  manusia.   
 
Dalam melaksanakan babarit, satu desa dengan lainnya tidak sama. Ada yang sekadar pertunjukan hiburan dan ritual, ada juga yang sekadar menggelar ritual seperti acara ngaruwat lembur atau hajat bumi. Tak heran jika banyak warga yang menyebut babarit adalah hajat lembur.
 
 Di Kabupaten Kuningan, masih banyak  desa yang mengadakan babarit. Bahkan di daerah wilayah selatan Kabupaten Kuningan, seperti  di Kecamatan Ciniru, Hantara, Selajambe, Subang dan Kecamatan Cilebak hingga kini hampir setiap desa rutin mengadakan babarit setiap tahun
 
Tak terkecuali di wilayah timur Kabupaten Kuningan, di antaranya di beberapa desa  wilayah Kecamatan Luragung, Ciwaru, Karangkancana, Cibeureum, Cibingbin dan kecamatan lainnya.
 
Masyarakat di beberapa daerah tersebut, biasa mengadakan  babarit jika menghadapi musim panen. Adaa juga diantaranya yang ketika menghadapi musim bercocok tanam 
 
Pemerintah Kabupaten Kuningan, tampak mengapresiasi terhadap tradisi masyarakat yang kini masih terpelihara. Salah satunya dengan diperkenalkannya kembali tradisi babarit ke masyarakat  yang lebih luas. 
 
 "Sudah tiga kali kami mengadakan babarit di depan pendopo Kabupaten Kuningan, khususnya dalam rangka memperingati hari jadi Kuningan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan, Teddy Suminar, di sela-sela acara babarit di depan pendopo Kabupaten Kuningan, Minggu (31/8).
 
Menurut Teddy, ada beberapa lagu dalam babarit di antaranya   goyong-goyong, Tunggul kawung, Boled bopeng, Siang kembang dan Raja pulang.  
 
Bupati Kuningan Hj. Utje Hamid Suganda turut mengikuti beberapa bagian acara babarit. Bahkan Utje berpesan agar tradisi itu jangan sampai punah ditelan jaman Sebab  tradisi babarit sebagai peninggalan  nenek moyang yang patut dipelihara.
 
 “Ini salah satu upaya memelihara  budaya kita agar tidak tergerus budaya luar yang belum tentu cocok dengan adat istiadat kita," (Zoen)***
 

Kirim Komentar

Nama
Alamat email
Alamat Web
Komentar
Tulis Kode: