Hidup Bermasyarakat

KUNINGANMEDIA | Ahad, 15 Mei 2011 19:02
Bagikan ke Facebook

HIDUP bermasyarakat seringkali membuat kita harus waspada dan menahan diri. Tentu, karena hidup dengan sejumlah orang yang masing-masing keinginan dan pendapatnya berbeda-beda. Tak bisa dipungkiri hidup bermasyarakat akan senantiasa menemui berbagai gesekan. Gesekan-gesekan kecil itu bisa saja berubah menjadi sebuah bencana yang dahsyat bila tak ada saling pengertian dan saling memberikan nasihat.

Seseorang yang menghisap rokok di sebuah bis, asapnya akan membuat batuk penumpang lain. Mungkin karena takut atau segan menasihati, mereka akhirnya memilih diam  tidak menasihati perokok tersebut, meski dirinya kesal.

Sehingga di sini diperlukan sikap tahu diri dan perlu ada yang menasihatinya. Karena bila itu dibiarkan kemungkinan akan menyebabkan sakit semua penumpang. Harus ada saling pengertian di antara individu masyarakat.

Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.: “Seorang mu’min yang bergaul dengan masyarakat dan sabar atas rintangan mereka, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat (menyendiri) serta tidak sabar atas rintangan mereka.” Dengan demikian, sebagai manusia kita tak bisa hidup menyendiri.

Adalah suatu sunatullah bila akhirnya setiap individu itu hidup berkumpul dengan individu lain dalam sebuah komunitas yang dinamakan masyarakat. Dalam hal ini tentu saja, sesuai dengan sabda Rasul tadi, bahwa kita harus bisa bersabar atas rintangan yang dibuat oleh individu lain. Dan berusaha untuk memberikan nasihat, bila tak menghendaki kerusakan.

Dalam pandangan Islam, sebuah masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga di antara mereka akan terjalin hubungan yang harmonis.

Bila ada sebagian anggota masyarakat yang menderita, serta merta individu yang lain menolongnya dengan sekuat tenaga. Begitu pun ketika ada salah seorang anggota masyarakat yang melakukan tindak kriminal, serta merta pula individu yang lain menegur dan menasihatinya dan negara berhak memberikan sanksi bila itu menyebabkan teraniayanya individu lain.

Rasulullah pernah memberikan perumpamaan yang bagus tentang hidup bermasyarakat ini. Sebuah masyarakat itu diibaratkan sekumpulan orang yang sedang naik kapal yang besar. Ada sebagian individu berada di bawah kapal, dan sebagian yang lain berada di atasnya.

Sehingga bila seseorang yang berada di bagian bawah ingin mengambil air, ia harus naik tangga dan melewati orang-orang yang ada di bagian atas kapal. Celakanya, bila mereka nekat memilih jalan pintas, yakni melubangi lambung kapal untuk mendapatkan air, bila hal itu tidak dicegah oleh penumpang lain, maka akan tamatlah seluruh penumpang kapal tersebut.

Perumpamaan yang bagus. Yang tentu saja memberikan gambaran kepada kita, bahwa hidup bermasyarakat itu memang banyak tantangannya. Sayangnya, hidup bermasyarakat yang digambarkan oleh Rasulullah saw itu tak terdapat dalam masyarakat kita sekarang ini yang cenderung individualistis dan liar. Kalau pun ada hanya beberapa saja yang memahami perlunya hidup bermasyarakat yang benar. (O.Solihin)*

Kirim Komentar

Nama
Alamat email
Alamat Web
Komentar
Tulis Kode: