Penggarap Lahan Sayur Palutungan Resah

KUNINGANMEDIA | Rabu, 26 Mei 2010 09:29
Bagikan ke Facebook

CIGUGUR : Ratusan petani penggarap lahan di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kuningan kini resah menyusul akan ditutupnya sentra sayuran terbesar di lahan seluas 2.000 hektare, tepatnya di Palutungan Kecamatan Cigugur.

Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan, Rabu (26/5), dari berbagai sumber, ratusan warga dari sekitar 46 desa di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang berada di sekitar Gunung Ciremai memanfaatkan sebagian lahan yang ada untuk menanam sayur.

Diantaranya tomat, kentang, bawang daun, dan sawi yang ditanam warga dipasok ke pasar-pasar induk di daerah Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, dan Pasar Induk Jakarta.

“Sebenarnya kami tidak ingin lahan sayur di sini ditutup. Selama ini kan kami mencari nafkah dari menanam sayur dan menjualnya kembali. Kami juga sudah menanami kawasan sini dengan pepohonan, kenapa pemerintah justru mau menutupnya,” tutur Suryadi, warga Kampung Palutungan Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kuningan.

Ironisnya, BTNGC maupun Pemkab sendiri hingga sekarang belum memberikan sosialisasi atas rencana tersebut, apalagi solusi pengganti lahan garapan kepada petani di sekitar hutan tersebut.

Padahal, saat wacana digulirkan, warga telah menyampaikan keberatan namun keputusan tetap berjalan. Ditambahkan Nana, para petani juga menyesalkan sikap DPRD yang langsung saja merespon rencana pemerintah tanpa memikirkan nasib rakyatnya.

Menurutnya, sesungguhnya mereka pun bisa saja menerima keputusan itu asalkan kompensasi yang diberikan pemerintah daerah dan BTNGC sesuai. Dalam hal ini, kalangan petani meminta kompensasi berupa sapi untuk diternakkan.

Dalam pandangan mereka, sapi merupakan harga yang pantas sebagai pengganti lahan sayur, karena selain bertani kebanyakan warga di kawasan Cigugur beternak sapi untuk diambil susunya.
(KM-02)

Kirim Komentar

Nama
Alamat email
Alamat Web
Komentar
Tulis Kode: