Mengapa Guru Harus Meneliti

KUNINGANMEDIA | Sabtu, 01 Mei 2010 19:27
Bagikan ke Facebook

Oleh: Abidin,S.Pd.,M.Si
(Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Nusaherang)
DALAM keseluruhan kegiatan pendidikan ditingkat oprasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Guru merupakan pelaksana di lapangan dari setiap kebijakan. Sudah seperti biasa berbagai kebijakan pendidikan berlangsung dari atas ke bawah (top-down), melalui keputusan menteri, dilanjutkan dengan instruksi kepala dinas pendidikan di daerah, diteruskan dengan instruksi kepala sekolah, kemudian baru dilaksanakan di lapangan oleh guru di kelas.

Selama ini guru mengajar hanya berdasarkan perolehan pengetahuan di lembaga pendidikannya berdasarkan penelitian orang lain. Ia tidak perlu melakukan penelitian sendiri, karena pengetahuan mengenai pendidikan sudah banyak dihasilkan para ahli dan para peneliti. Hal inilah yang perlu dipertanyakan; mengapa suara guru tidak terdengar dalam kegiatan peneltian? Padahal posisi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai kunci keberhasilan. Bagaimana ia dapat memberikan pembelajaran yang efektif sementara yang dia ajarkan merupakan hasil karya orang lain yang belum tentu sesuai dengan kondisi yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut Hopkins dalam Wiraatmadja, (2007:44) berpendapat bahwa, “Pendekatan seperti inilah yang memberikan citra sekolah sebagai pabrik yang bekerja dengan dasar masukan-keluaran atau input-output, para peserta didik sebagai pemberi masukan, guru sebagai petugas yang mengolah materi dalam proses produksi yang disebut kurikulum, dan pimpinan sekolah sebagai manajer pabrik.”

Menyikapi hal tersebut perlu adanya upaya yang dapat mengubah citra tersebut agar sekolah tidak dipandang sebagai pabrik, tetapi dipandang sebagai sebuah institusi yang memberikan hak otonom bagi guru di dalam kelas. Dengan demikian guru tidak hanya sebagai pengolah tetapi bertindak sebagai profesional judment.

Menyikapi persoalan tersebut pemerintah menerbitkannya Surat Keputusan melalui Menteri Negara Perndayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993, penetapan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya serta Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0443/P/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru.

Pada aturan tersebut dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina/Golongan IV a ke atas diwajibkan adanya kredit yang harus diperoleh dari kegiatan pengembangan profesi. Melalui sistem angka kredit itu, diharapkan dapat diberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap pangkat guru yang merupakan pengakuan profesi dan kemudian akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraannya.

Keputusan tersebut ternyata kurang efektif, sebab kenyataanya sebagian besar guru kepangkatannya hanya sampai pada golongan IV/a dan mereka sangat sulit untuk meningkatkan kepangkatannya ke golongan yang lebih tinggi. Kewajiban adanya angka kredit yang harus diperoleh dari kegiatan pengembangan profesi sebagai penyebabnya. Kondisi ini jelas memperparah pencitraan bagi guru itu sendiri, sebab beberapa pihak pada akhirnya mempertanyakan tingkat profesionalisme guru.

Untuk mengubah citra tersebut, maka dari mulai sekarang guru harus mulai melakukan penelitian. Dalam konteks ini penelitian yang dimaksud adalah penelitian yang sesuai dengan kapasitas guru sebagai penanggung jawab pembelajaran di kelas yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wiraatmadja (2007:42) bahwa, “Penelitian Tindakan Kelas ialah untuk mengubah citra dan meningkatkan profesional guru.”

Menurut Hopkins dalam Wiraatmadja (2007:11) bahwa, “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkobinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.”

Sedangkan Suhardjono dalam Sunendar (2007:1) bahwa, “Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian reflektif, berfokus pada proses pembelajaran, bukan pada input (silabus, materi, dll) atau output (hasil belajar).”

Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk inkuiri pendidikan. Di dalam pelaksanaannya gagasan atau permasalahan guru diuji dan dikembangkan dalam bentuk tindakan. Guru sebagai pengemban kurikulum di kelas dapat melakukan tindakan-tindakan yang tergolong ke arah proses pembaharuan kurikulum.

Untuk dapat menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), seorang guru perlu menjawab beberapa pertanyaan penting, antara lain bagaimana memulai PTK?, Perlukan PTK saya lakukan di kelas tempat saya mengajar? Untuk dapat merumuskan pertanyaan tersebut guru perlu memiliki perasaan tidak puas terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan. Ketika guru sudah merasa puas meskipun sebenarnya terdapat beberapa hambatan, sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas. Dengan demikian, untuk dapat menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dituntut keberanian guru untuk mengatakan secara jujur kepada diri sendiri mengenai sisi lemah yang dimiliki dalam proses pembelajaran di kelas.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan penelitian diantaranya adalah:

a. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, jadi kegiatan melakukan penelitiannya jangan sampai mengganggu tugas utama.

b. Metode pengumpulan data jangan yang terlelu memakan banyak waktu. Manfaatkan alat elektronik seperti Tape Recorder, meskipun guru harus membuat transkripsinya yang mungkin membutuhkan waktu juga. Pilihlah cara-cara pengumpulan data yang efisien dan relevan dengan kebutuhan.

c. Peneltian Tindakan Kelas yang dilakukan guru sudah dikenalinya, sehingga ia mampu menyusun hipotesis kerja dan strategi pembelajaran yang akan dikembangkannya sesuai dengan kondisi kelas dengan percaya diri.

d. Masalah penelitian harus sesuai dengan bidang tugas guru. Hal ini mengingat penelitian akan membutuhkan waktu dan energi guru, jangan sampai terjadi kehilangan semangat apabila masalah penelitian menghadapi persoalan yang tidak mampu diselesaikannya, dan berhenti di tengah jalan.

Untuk lebih memberikan gambaran tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibawah ini penulis menyajikan salah satu model penetitian tindakan kelas:

Model 1

Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis

Rancangan Umum

Langkah 1

Langkah 2

Langkah dst

Implementasi

Langkah 1

Dst

Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagan yang melukiskan kegiatan ini pada siklus dasar kegiatan yang terdiri dari mengidentifikasi gagasan umum, melakukan reconnaissance (menemukan fakta untuk dianalisis) , menyusun rencana umum, mengembangkan langkah tindakan yang pertama, mengimplementasikan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan memperbaiki rancangan umum. Dari siklus dasar pertama inilah, apabila peneliti menilai adanya kesalahan atau kekurangan dapat memperbaiki atau memodifikasi dengan mengembangkannya dalam spiral ke perencanaan langkah tindakan kedua. Apabila dalam implementasinya kemudian dievaluasi masih terdapat kesalahan atau kekurangan, masih bisa diperbaiki atau dimodifikasi, yakni kemudian secara spiral dilanjutkan dengan perencanaan tindakan ketiga, dan seterusnya. Siklus dalam spiral ini baru berhenti apabila tindakan substantif yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi baik, yaitu penyaji yang mungkin peneliti sendiri atau mitra guru sudah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam peneltian tersebut.

Mudah-mudahan dengan tulisan ini akan dapat membangkitkan semangat para guru untuk memulai penelitian, demi meningkatnya kualitas pembelajaran, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

“Hanya sedikit di antara kita yang bisa melakukan hal-hal besar, tapi semua orang di antara kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar”.

Rujukan:

Depdikbud (1993). Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Depdikbud : Jakarta.

Masri Sareb Putra, (2007). How to Write Your Own Text Book. Kolbu : Bandung.

Ngalim Purwanto, MP (2003). Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis. PT Remaja Rosda Karya : Bandung.

Rochiati Wiraatmadja (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosda Karya : Bandung.

.

Tatang Sunendar (2007). Penelitian Tindakan Kelas. LPMP : Bandung.

Kirim Komentar

Nama
Alamat email
Alamat Web
Komentar
Tulis Kode: